Total Pageviews

Popular Posts

Friday, April 3, 2009

pikir.kan jika aku set.an

Monolog Pertama

oleh epi st bob


Tak tahukah aku memang sudah busuk sebelum kau buat lebih busuk? Aku memang kotor karena pikiranku lebih banyak memakan hal hal yang kotor. Karena itu luka menjadi kebal. Aku terlalu lama hidup dalam penjara. Aku terlalu lama sengsara dalam penjara. Menanti berakhirnya semua kebingunganku di dalam penjara. Aku kini mengenal sabar dan menahan nafsu di dalam penjara yang hingga akhirnya musnah kutelan mentah mentah. Mimpi-mimpiku menjadi keringat dingin di dalam penjara. Membeku. Penjara. Penjara. Penjara. Penjara asmara dirimu!

Bearada dalam penjara itu tidak nikmat. Terpenjara dalam jeruji jiwa yang terbakar api asmara. Pahit rasanya terteror. Makan sesuatu tidak perlu dibiarkan ‘buncit ’ biar terasa berjasa….karena nafsu sudah melampaui puncaknya.

Suara itu :

#kini aku takkan lagi membiarkanmu merasa buncit! Karena aku sudah merasa lelah menerawang ini sendirian. Mengetahui setiap jengkal kejijikan. Kau ingin lepas dariku wahai setan? Pergilah…suaraku sudah mulai distorsi dan hampir tak ada bunyi … kau juga merasakan bukan? Merasakan kelelahanku? Sebenarnya perasaanmu jauh lebih tajam dari ku, yang kau sebut Manusia suci….hah! kau tak tahu apa-apa rupanya tentangku selama ini. Aku yang asing bagimu.

#Buncitmu bukan jasaku. Bukan juga jasa siapa-siapa. Melainkan itu adalah nafsumu! Yang kau biarkan membucit hingga kau merasa sesak dan akhirnya jengah berada di-antara. Kau sengaja biarkan itu agar kau bisa memangsaku dengan kata dan tingkahmu…

#aku lelah. Karena sayapku rapuh. Kau tak mungkin menjadi setan yang mau memunguti kembali serpihan sayapku. Kau hanya mencoba membakarnya perlahan. Tidak! Aku juga tidak kembali berharap. Karena harap sudah kutelan mentah-mentah diatas janji yang kau tawarkan tempo hari.

#ingatkah kau wahai setan-ku? Malam jum’at 800 hari yang lalu? Kau mengucapkan ikrar bahwa kau tak akan tergoda oleh manusia lain selain aku. Jika saja aku tahu…ah apa yang kutahu tentangmu?? Kau hanya membuatku menjadi budak-mu. Jika…jika saja aku tahu….Mungkin saat itu juga sudah kuserahkan kau pada setan yang juga menginginkanmu. Kau tahu siapa setan perempuan.

Sebagai setan aku berdiam diri, tapi….tidak berarti membiarkan terror itu terus mengikuti setiap teman. Bau busuk itu sengaja dibiarkan membusuk. Nama lebih baik membusuk. Agar semua tahu tentang kebusukkan-ku. Biar dijauhi, dan dalam pikirannya aman dan lepas itu harapku. Hah! Lagi lagi kulihat air mata najis. Air mata bangkai anjing. Lagi..lagi…terjadi….

Suara itu :

#diam bukanlah inginku dan inginmu. Pun begitu juga kata yang kau sebut ‘terror’. Busuk itu tercium karena-mu. Busuk itu sudah menjadi nanah yang tak pelak lagi kau sebut NISTA. Lepasmu bukanlah gelisahku. Lepasmu adalah deritaku yang berujung cinta. Lepasmu adala MAJA. Air mata ini buka najis seperti yang setan pikirkan selama ini. Air mata ini adalah lapar dari kebahagiaan. Air mata ini adalah sayat dalam jiwa. Air mata ini adalah UTAMA.

Diikuti dengan dibeberkannya kebusukan ku. Akhirnya aku menikmati kebusukan itu. Maka lebih baik suatu saat nanti kebusukan kulakukan menjadi kenyataan hati yang dirobek robek untuk mencari perhatian agar mendapat rasa iba tai. Bobrok demi menjadi patung setan. Itu menjadikan aku robot dan berupaya membuat penjara. Aku terperangkap seperti setan dalam lingkaran manusia-manusia.

Suara itu :

#ahhhhh rupanya kau merencanakan ini sejak lama? Bacalah kembali mantra2 itu setan!Mantra yang sepertinya pernah kudengar tempo hari menjelang matahari terbit…begitu hinakah aku untukmu wahai setan? Begitu najiskah aku bagimu? Laiknya tai anjing yang kau jilat sendiri. Mantra yang diucapkan setan adalah mantra yang tak akan pernah Terkabul. Maka mantra yang diucapkan setan adalah mantra yang tak Sakti Mandraguna! Lakukanlah jika itu inginmu. Pergilah jika itu harapmu aku sudah terlanjur tercabik tak berbentuk . Aku hancur karena kita. Aku kini berada di antaranya. Antara-mu dan antara-ku.

Terawasi bagai narapidana. Semua tingkah laku dicurigai. Setan. Apakah setan selalu diawasi Tuhan-nya? Yang katanya sang pencipta? Jika iya. Ia sosok yang tidak percaya pada ciptaannya. Apakah setan perlu dijadikan? Perlu dijadikan pendamping manusia suci? jika iya, maka akulah setannya, setan yang tak terbebas. Apakah setan mempunyai batasan? Mengapa tidak terpikir olehku untuk hidup bersama setan. Ah penyesalan ini tak berarti apa-apa. Aku sudah terlanjur bersamanya… maka akan aku susun rencana busuk. Lebih busuk dari diriku. Agar aku terlepas darimu..Tunggu. Tunggu itu!

Suara itu :

#kau memang setan!!!

Percayakah Tuhan, mendampingkan orang suci dengan setan? Begitu dangkalkah pemikiran Tuhan? Apakah benar aku setan? Jika iya mengapa harus diawasi? Bukan dihindari?

Suara itu :

#hah! Kau memang ingin menjadi setan! Kau tidak diciptakan atas nama cinta..tetapi kau diciptakan atas nama kebencian. Aku tidak akan membiarkan siapapun menyentuh bentuk janin itu menjadi rupa-mu menjadi sifat-mu, menjadi-mu atau menjadi-ku. Sekuat hati akan kubiarkan ia menjadi dirinya yang diciptakan Tuhan atas nama cinta sang pencipta.

#kau memang tak terhindarkan. Kau selalu menghantui. Kau memburu setiap jiwa yang kau anggap bisa kau rasuki. Maka diri itu adalah aku. Kini kembali aku diantara keduanya. Antara-mu dan antara-ku. Sesaat aku sudah menjadi sedikit seperti mu. Berakhir seperti apakah aku nanti…………?

Karma setan tak diciptakan batasan, karma setan diciptakan sebagai mahluk terkutuk. Tak pernah ada yang tau kalau setan itu ada. Jika setan selalu diawasi, maka biarkan aku menjadi setan jika aku memang setan, karena aku takkan berubah menjadi malaikat dan hindarilah aku! hindarilah jika aku memang setan yang tak patut berdampingan dengan manusia suci…sepertimu!

Suara itu :

#karma …darma setiap mahluk diciptakan dengan karma dan darmanya. Setan dan juga aku yang kau sebut manusia suci. Sepertinya sebutan itu juga sudah tak pantas lagi untukku. Karena kau mengguruiku untuk menjadi setengah-mu. Sadarkah itu wahai setan?? Aku ‘melelah’ kan semua runtutan ini. Hampir seribu hari kau memantraiku untuk menjadi setan…setan dan setan perempuan. Yang juga JALANG! Aku hanya melingkari janin itu dari jangkauan setan seperti-mu dan seperti-ku sekarang…biarkan ia menajdi cahaya…bukan menjadi kita yang sama-sama hina…

#seperti kau tahu wahai setanku yang bajingan, aku bukan manusia suci…

#jika kau terawasi bagai narapidana penjara…maka aku lelah menjadi sipir dalam jiwa yang selalu berkelana. Jika ingin lepas maka akan kubiarkan lepas…bukankah Tuhan selalu melepaskan apa yang dibutuhkan bukan yang diinginkan...ketika waktunya…karena kini aku bukanlah apa apa melainkan setan perempuan yang kau ubah seperti manusia….

Selesai