Total Pageviews

Popular Posts

Sunday, February 6, 2011

tirai chestnut terrace terbuka perlahan

kisahmu bergerakgerak diluar kaca tak terkendali
jika semua mengintip dan tahu apa itu dusta dalam gerakmu
tak usah kau paksa mati
bajingan betul niatmu mencintai seseorang dan merusak cinta lain yang suci!

narasimu berputarputar tak bertujuan menemukan jalan mati
kala semua membuka perlahan topeng yang kau kenakan berwajah puzzle
lalu seseorang menemukan kunci rahasia yang kau simpan rapat
dibawah tempat tidurmu yang usang

adakah sedikit rasa yang kau miliki?

atau hilang semua akal sehat
yang sengaja Tuhan titipkan untukmu
sekali waktu
lalu kau buang siasia pada kisah penuh dusta

mahluk apakah kau ini?
sedemikian batukah engkau
menjelma peri yang hendak mati
karena kau cipta sendiri...

desember 09

-ess-
tirai chestnut terrace

mengukur jalan waktu yang tak pernah kenal henti
hingga waktunya matahari jemu menyinari
karena tempat sudah terlampau kering tak tersirami

pun akal sehat dan hatimu yang gersang
segersang ilalang yang patah dan terbakar

mengukir kisah yang tak pernah kenal lelah
hingga akhirnya berakhir pada sebuah tanya
karena hati sudah terlampau bebal
berujar satu dusta hingga dusta berikutnya

kau menikmati kisahmu yang kau paksa ada
lalu kau bingkai wajah dan bahasa yang tak dikenal dunia

adakah sedikit kelembutan?

bahwa kau juga tercipta sebagai hawa
jika rasa dan cinta adalah anugerah yang bisa kau cipta
tanpa kau paksa dusta

kembali kisahmu di chestnut terrace berujar tak berlidah...

desember 09

-ess-
awal kisah chestnut terrace

pada tenangnya gelombang
engkau seperti riakriak kecil tak berarti
namun menyisakan banyak luka di sana
yang tak bisa kutebak dalamnya

sungguh luar biasa pencarianmu
hingga pada akhirnya kau susup semua rantingranting di pepohonan
lalu tampak wajahwajah bayangan yang kau samarkan
tak ada kehidupankah di chestnut terrace?
hingga kau hanya mencari di sini
di tanah nenek moyangmu yang sudah lama kau titipkan
pada wajah kiasan
kini aku mulai membaca engkau adalah kesepian

di sini hinggap pada dahandahan
yang tak mengharap pijakanmu
engkau menjelma burung hantu
terkadang mengganggu atau terkubur dalam sinar rembulan
kau benarbenar kesepian hingga yang kucintapun kau makan
tak ubahnya burung si pemakan bangkai

sebaiknya kau pulang
mungkin ibu rindu menanti pulang
untuk bersimpuh pada wajah putih termangu
chestnut terrace
kota mati untukmu walau kehidupan begitu nyata di sana
namun kau lebih memilih bersembunyi dibalik riuhnya
pepohonan yang tak pernah tumbuh
di dekatmu...

14-10-09
-ess-